Hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik mencatat penurunan jumlah rumah tangga di sektor pertanian sebesar 5,04 juta menjadi 26,13 juta, dibandingkan tahun lalu sebanyak 31,17 juta.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, penurunan jumlah petani sebesar 5 juta justru berarti positif. "Sebab, jika jumlah petani bertambah tapi luas lahan semakin berkurang justru akan menambah kemiskinan," kata Suswono di sela-sela Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 Forum World Trade Organization (WTO) 3-6 Desember 2013, di Nusa Dua, Bali, Selasa (3/12/2013).
Dia mengharapkan, pengurangan jumlah tersebut karena beralih ke sektor industri. "Itu paling tidak yang kita harapkan karena pada akhirnya kita harus realistis," ujarnya.
Dia menegaskan, selama belum ada ekspansi (tambahan) lahan yang masif dan tambahan akses lahan bagi petani, bertambahnya jumlah petani justru akan menambah kemiskinan para petani. "Sebab, penguasan lahan semakin sempit," timpal dia.
Sebagai perbandingan, per kepala keluarga (KK) di Indonesia memiliki sekitar 500 meter persegi, sementara Thailand 5000 meter persegi. Tentu angka ini juga terus menurun. "Vietnam saja di angka 900-1000 meter persegi per KK," tuturnya.
Karena itu, dengan penurunan jumlah petani, Suswono mengaku tidak terlalu kaget dan justru sangat positif. "Sebab, di negara-negara maju jumlah petaninya justru hanya sekitar 5%-an, maksimal 10%," ungkap dia.
Jumlah angkatan kerja sebesar 40% di sektor pertanian. "Tapi, jika melihat data BPS mungkin jumlah rumah tangga petani turun dari 31 juta menjadi 26 juta. Artinya turun 5 juta. Tapi ini menurut saya positif. Sebab, petani-petani kita tipologinya, petani gurem," tuturnya.
Turunnya jumlah petani, juga bisa jadi karena turunnya jumlah luas lahan. "Sebab, petani banyak yang menjual lahan. Setelah lahan dia pergi mungkin menjadi buruh. Bisa terjadi faktor itu,” ucapnya.
Sebab, saat terjadi pragmentasi lahan, orang menjadi tidak efisien lagi bertani. "Lahan tani diubah menjadi rumah kemudian dijual. Banyak Faktor yang menyebabkan tanah dikonversi untuk non-pertanian. Tidak kurang dari 100 ribu hektar per tahun. Artinya, ada indikasi itu yang sangat kuat," tandas dia.
Namun demikian, Suswono menggarisbawahi, produksi petani terus meningkat. "Artinya, nilai tukar petani menjadi meningkat. Faktanya sekarang sudah ke 105 rata-rata nilai tukar petani. Petani semakin baik sebetulnya dari sisi kesejahteraannya," papar dia.
Memang yang agak tinggi di sektor perkebunan. "IP-nya perkebunan mencapai 140-an. Apalagi harga sawit juga sedang naik saat ini," imbuhnya.
Sumber : inilah.com