Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi

Selamat Datang di Media Informasi Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi | Jalan Sejahtera No. 2 Kota Sukabumi Telp. 0266-227330, 222186, 217162 Fax 0266-227330
DP2KP ON TWITTER

Pencarian di blog ini

Rabu, 08 Oktober 2014

Konversi Lahan Pertanian Tak Terkendali

Menteri Pertanian Suswono meminta agar daerah-daerah yang selama ini menjadi sentra produksi pangan, ketika menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan tak hanya memikirkan kepentingan daerahnya sendiri.
Mereka harus ingat, daerahnya berkontrubusi terhadap produksi pangan nasional, sehingga ketika menetapkan lahan pertanian berkelanjutan, tetapkanlah lahan-lahan yang memang bisa menunjang dan berkontribusi kepada produksi pangan nasional.


Hal itu disampaikan Suswono, seusai melakukan tanam perdana varietas padi unggul baru infara di Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi Kabupaten Subang, belum lama ini.

Dia mengakui akhir-akhir ini alih fungsi lahan pertanian produktif sudah tak kendali, sehingga apabila tak segera dilindungi bisa menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan nasional.

Konversi lahan produktif antara tahun 2010 - 2014 terbilang tinggi sudah lebih dari 100 ribu hektar, luas areal lahan pertanian produktif terus berkurang setiap tahunnya.

Dikatakan Suswono, saat ini upaya mempertahankan lahan pertanian produktif supaya tidak beralih fungsi, kuncinya ada pada peraturan daerah, sehingga peran bupati dan walikota sangat penting dalam melindungi lahan pertanian produktif agar tak beralih fungsi.

"Mengenai alih fungsi lahan petanian produktif ini kami berharap besar ke tiap pemerintah daerah. Sebab sesuai undang-undang perlindungan pertanian pangan berkelanjutan, penetapannya melalui perda. Jadi peran bupati/walikota disini sangat penting, bagaimana caranya mereka bisa melindungi lahan-lahan pertanian produktif tidak dialihfungsikan," ujarnya.

Suswono juga mengungkapkan kini ada kesan daerah hanya mementingkan kepentingan sendiri ketika menetapkan lahan pertanian berkelanjutan. Padahal daerah-daerah apalagi yang selama ini menjadi sentra produksi pangan memiliki peran menunjang produksi pangan nasional.

"Jadi ketika menetapkan lahan pertanian berkelanjutan, daerah sentra produksi jangan hanya memikirkan kepentingan daerahnya sendiri, tapi harus bisa berkontribusi pada produksi nasional. Jadi tetapkan lah lahan-lahan pertanian pangan berkelanjutan itu yang memang bisa menunjang pada kontribusi pangan nasional," katanya.

Selain masalah berubah fungsi menjadi non pertanian, kepemilikan lahan para petani di Indonesia juga relatif minim. Saat ini rata-rata kepemilikan lahan petani hanya sekitar 560 m2 per kepala keluarga. Sedangkan di Thailand kepemilikan lahan petaninya jauh lebih luas bisa mencapai 10 kali lipat dari petani Indonesia.

Kondisi itu berdampak kepada menurunnya rumah tangga yang menggeluti sektor pertanian, sesuai data BPS banyak petani beralih pekerjaan ke sektor lain karena lahannya sempit. "Kalaupun hasil penelitian bisa mendongkrak produksi, tak akan ada artinya bila lahannya minim atau habis," ujarnya.

Menyikapi hal tersebut, Suswono, tentunya harus dilakukan berbagai upaya revitalisasi pertanian, di antaranya mengenai lahan, pembenihan dan pembibitan, dan SDM.

"Kendala lainnya yang dihadapi pertanian yaitu infrastruktur belum memadai, sepeti jaringan irigasi, transfortasi, dan sistem logistik belum baik. Sektor Perbankkan juga kurang berpihak, sehingga harus ada perbankkan yang menangani khusus petani," katanya.(Yusuf Adji/A-89)***

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/299519



Berita Media