Perubahan iklim di Indonesia yang tidak menentu menjadi salah satu
kendala yang mengkhawatirkan bagi peningkatan produksi padi. Dampak
perubahan iklim terhadap pengembangan pertanian berupa banjir dan
kekeringan sering terjadi di lahan sawah yang menyebabkan kegagalan
panen (puso). Bahkan dengan semakin berkurangnya hulu resapan air dan
kerusakan daerah aliran sungai memicu semakin luasnya wilayah yang
sebelumnya tidak pernah terjadi puso sehingga rentan terhadap banjir dan
kekeringan.
Badan Penelitian dan Penembangan Pertanian (Balitbangtan) yang
responsif terhadap perubahan iklim berhasil menciptakan varietas padi
yang dapat dikembangkan dalam cekaman lingkungan ekstrim. Varietas
unggul baru (VUB) dengan nama Inpari 30 Ciherang Sub 1 dengan salah satu
kelebihannya tahan terhadap rendaman, sehingga diharapkan dapat
menunjang produksi yang tinggi dengan keadaan perubahan iklim yang
ekstrim terutama resiko akibat banjir dan genangan.
Inpari 30 Ciherang
Sub 1 sesuai ditanam di sawah dataran rendah hingga ketinggian 400 m
dpl, di daerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir lainnya dengan
dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari. Umur tanaman
Inpari 30 Ciherang Sub 1 hanya 111 hari setelah semai dengan potensi
hasil 9,6 ton/ha. Tekstur nasi pulen yang disukai sebagian besar
masyarakat umumnya. Dilihat dari tingkat ketahanannya terhadap hama dan
penyakit, varietas ini tergolong agak rentan wereng batang coklat
biotipe 1 dan 2 serta rentan terhadap biotipe 3, agak rentan terhadap
hawar daun bakteri patotipe III, serta rentan terhadap patotipe IV dan
VIII.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1848/